Namaku lucky, aku seekor
keledai. Tidak seperti namaku, aku sangat tidak beruntung karena ditempatkan di
kandang kuda. Berada di antara kerumunan kuda yang tinggi dan gagah membuatku
terlihat sangat mencolok, sehingga seringkali dihina. Entah apa yang di pikirkan
tuanku ketika menaruhku di ternak kuda ini, padahal jelas-jelas kalau aku
seekor keledai.
“Hei nak kau tersesat ya? Hahahaha,”
“Hei Lucky, dimana dirimu. Kenapa tidak kelihatan?”
“Hahahaha.. hei hentikan lah! lihat dia ingin menangis disini,”
“Bau apa ini? Hei Lucky! Kau belum mandi ya?”
“Hahahahaha,”
Begitulah kata para
kuda itu. Yah seperti biasa mereka bersuara sangat berisik seperti kicauan
burung gagak yang sering mengitari rumah tuanku. Aku sering sekali duduk di
pojokan kandang ini. Disini aku bisa
melihat pertunjukan beberapa kuda berlomba adu kecepatan.
“Hahhh andaikan aku bisa menjadi kuda,” pikirku
Lalu tiba-tiba, terdengar
suara lonceng berbunyi yang sangat nyaring dibarengi bau harum yang sangat
kutunggu-tunggu.
“Waktunya makan.. ,“ kata tuanku yang membawa karung goni yang besar-besar.
Sehingga dia harus
memabawanya dengan gerobak. Kami semua langsung mengerumuni tuan kami, sudah
pasti aku yang pendek ini terinjak-injak oleh kuda yang gagah dan tinggi itu.
“Astaga kenapa ini sakit sekali,” Pikirku sambil menutup mata dan melindungi kepalaku dengan tangan.
Sampai terasa sentuhan lembut dari atas kepalaku turun ke punggungku
yang berulang-ulang. Teringat sewaktu aku masih kecil, aku tenggelam dan tuanku
lah yang menyelamatkan ku. Ia menyelimutiku dengan kain sambil mengelusku.
Rasanya sangatlah nyaman. Sepertinya ia
tadi melihatku terinjak-injak di anatar
gerombolan kuda-kuda. Akupun kembali berdiri dan ia membawaku keluar kandang.
“Lucky maaf membuatmu tersiksa di kandang ini, tapi tak perlu sedih lagi. Sekarang aku sudah selesai membuatkan kandang khusus buatmu,” katanya yang membuatku terkejut.
Ia memperlihatkan kandang
baruku, aku sangat senang, aku meloncat-meloncat dan hampir menendang tuanku
sendiri.
“Hahaha bersenang-senanglah Lucky dan makan lah yang banyak,” ucap tuanku yang kemudian beranjak pergi kerumahnya.
Saat aku memperhatikan
sekitar ternyata sudah tersedia makanan rumput jerami. Ini akan menjadi makanan
yang terenak, karena tidak perlu lagi makan makanan sisa dari kuda-kuda itu.